Mau punya sesuatu dengan gampang, paling enak itu hutang. Bahasa lain dari hutang: pinjam. Jadi kalau kamu kebiasaan pinjam, kamu pasti akan kebiasaan ngutang!

Lah, emang ada yang salah dari pinjam? Ya dan tidak. Tidak salah, karena ya itu hak yang mau pinjam dan yang mau meminjamkan. Selama mereka deal, oke saja. Jadi salah, kalau gara-gara pinjam, hidup jadi susah, pertemanan jadi berantakan. Kok bisa? Tidak selamanya, pinjam meminjam berjalan mulus kan? Bisa jadi ada persyaratan yang memberatkan, atau yang pinjam malah bikin perkara.

Yang harus diingat, kalau pinjam harus dikembalikan. Banyak orang lupa dengan kewajibannya untuk mengembalikan setelah pinjam. Mengembalikan ini bukan cuma pokoknya, tapi juga ekstranya. Misal, kalau kita pinjam baju orang, ya harus dikembalikan sekaligus dicuci bersih. Cukup menyebalkan buat yang punya baju, kalau baju dikembalikan dalam keadaan bau kecut karena ketek yang senantiasa menyebarkan aroma memabukkan, bukan? Itu kalau perkara sederhana seperti baju. Kalau duit? Nah... ini yang bisa jadi rumit.

Pinjam harus jelas syarat dan kondisinya. Jangan gara-gara pinjam, malah tidak berkesudahan ujungnya. Ini biasanya kalau pinjam ke rentenir, atau yang tidak ngaku rentenir tapi sebenernya rentenir. Soal rentenir ini, akan dibahas di tulisan lain. Yang jelas, pinjam bisa menurunkan harga diri dan menghancurkan diri. Jadi, gimana caranya menyikapi pinjaman?

Sebisanya jangan pernah pinjam

Apa pun ceritanya, apa pun kondisinya, jangan kebiasaan pinjam. Apalagi pinjam duit. Saudara dan atasan bisa-bisa dikejar-kejar sama debt collector. Sudah banyak ceritak terpaksa resign gara-gara malu karena teman sekantor dan bos ikut diteror debt collector. Saudara saya, ada yang sampai pindah keluar kota demi menghindari debt collector. Parahnya, di kota yang baru malah dia buka pinjaman lagi ke orang lain.

Sering kali, banyak masalah dalam hidup bisa diatasi dengan sabar dan hidup secukupnya. Kalau tidak punya, ya tidak usah diada-adakan. Kalau tidak punya uang cukup banyak, makanlah dan hiduplah dengan apa yang ada.

Kalau sudah punya pinjaman? Segera lunasi. Biar gak jadi beban hidup. Percaya deh, hidup tanpa pinjaman itu lebih indah.

Kalau sudah terpaksa banget, gadai saja

Gadai masih lebih terhormat dari pada pinjam. Karena saat gadai, setidaknya kita masih punya barang milik kita. Tapi ingat, gadai itu ada bunganya. Dan bunga ini yang harus dihitung baik-baik, apakah bener bisa ditanggung dan dibayar. Cara tahunya gampang aja, hitung penghasilan kita, lalu kita bisa gak sisihkan maksimal 30% dari penghasilan kita untuk bayar hutang gadai itu. Misal, penghasilan kita 3 juta. Berarti, maksimal kita boleh punya cicilan gadai 1 juta. Lebih dari itu jangan, kurang masih sangat disarankan. Tapi... makin lama masa gadai, total bunga akan makin besar.

Yang perlu diingat, definisi kepepet di sini juga jangan dipepet-pepetin. Kepepet disini berarti benar-benar keadaan darurat, misal pasangan/ortu/anak sakit dan butuh biaya besar. Sementara tabungan sudah habis. Kalau sudah tidak ada pilihan, ya apa boleh buat. Tapi kalau misal besok mau ada kondangan lantas pengen baju plus gelang baru sampai harus gadai, itu sih keterlaluan.

Pengen sesuatu? Tahan sampai uang terkumpul

Nama lain dari pinjam adalah cicil. Sekarang gampang banget mau punya cicilan. DP 500 ribu sudah dapat motor. DP 5 juta bisa dapat mobil. DP 10 juta dapat apartemen. Cicilannya setelahnya yang gila. Coba hitung deh, total cicilan motor dan mobil. Kalau dihitung, totalnya bisa 2 kali harga motor dan mobil itu.

Dari pada dibela-belain cicil gara-gara kebelet punya motor atau mobil, lebih baik kumpulin duitnya, baru beli motor atau mobil itu. Misal, dihitung berani cicil 500rb sebulan. Lebih baik, duitnya ditabung dulu 500rb sebulan. Setelah 40 bulan (terkumpul sekitar 20 juta), bisa dapet motor baru. Kelamaan? Kumpulin aja selama 6-12 bulan, bisa dapet motor bekas yang kondisinya masih bagus. Setelah bisa menghasilkan uang lebih lagi, nanti beli yang lebih bagus. Tapi inget, beli cash, jangan cicil.

Untuk motor dan mobil, kalau dicicil, yang ada setelah lunas harganya malah sudah jatuh. Ditambah kondisi kendaraan yang sudah tidak oke lagi. Mau dijual juga harga sudah drop. Jadi ruginya dobel.

Stop kebiasaan pinjem yang remeh temeh

Saya punya saudara, dia suka pinjam yang remeh temeh. Mulai dari pinjam baju, sampai pinjam uang 50 atau 100 ribuan. Remeh? Iya. Masalahnya, dia pinjam ke banyak orang. Saya pernah hitung, kalau ditotal, pinjaman remeh-temehnya dia lebih dari 30 juta. Bisa jadi sampai 50 juta. Sedikit dikali banyak sama dengan banyak kan? Sekali lagi, gak usah kebiasaan pinjem.

Cari alternatif yang lebih murah

Kadang, orang berhutang dengan alasan buat hidup, alias buat makan. Kalau memang itu alasannya, mending cari alternatif yang lebih murah. Misal, masak sendiri, atau bahkan tanam aja tanaman sayur depan rumah. Bisa juga dengan piara lele di drum. Nanti bisa dipanen buat pesta kecil-kecilan di rumah.

Biasakan menabung

Menabung itu banyak triknya. Akan dibahas di tulisan lain. Yang jelas, kebiasaan menabung akan mengurangi kebiasaan ngutang. Kalau sudah tau dengan menabung bisa terpenuhi, ngapain ngutang? Ya, kan?

Tidak semua cicilan itu jelek

Ada kalanya kita boleh mencicil, walau tetap, kalau dihitung total pengorbanannya, pasti lebih murah tunai. Cicilan bisa bagus kalau sudah dihitung dengan seksama dan memang itu yang terbaik, bukan dicari alasan supaya baik. Contoh, kontrak rumah sebulan 1 juta. Disisi lain ada rumah subsidi yang cicilannya 1,1 juta,  yang mending cicil rumah, ada ujungnya.

Contoh lain, beli motor buat narik ojek online. Dihitung-hitung bisa punya penghasilan 5 juta dari narik ojek online. Kalau dengan punya motor baru bisa cari duit dari narik ojek online, ya sok atuh. Yang penting, beneran narik ojek. Jangan baru sebulan trus mangkrak.

Pinjam bisa bagus, bisa jelek, tergantung perhitungannya. Intinya, kalau dengan meminjam bisa menghasilkan lebih, kenapa enggak. Tapi kalau gara-gara pinjam malah jadi boncos, mending gak usah. Karena kebanyakan orang itu jadi kaya bukan karena pinjaman, tapi karena tabungan.