Dari dulu, saya punya kebiasaan untuk mencari jalan lain. Jalan lain ini kadang lebih muter dibandung jalan utamanya, tapi sering kali akan nemuin lebih banyak hal-hal asyik.
Waktu saya SMP, saya suka naik sepeda gunung. Ketimbang menyusur jalan-jalan komplek yang sudah mulus diaspal, saya sering pilih lewat jalan kampung, melintasi kebon, yang jalanannya masih tanah dan batu. Kadang roda saya terperosom ke kubangan lumpur. Tapi saya dapat udara segar, kadang dapat buah kecapi yang jatuh, dan yang pasti tau jalan alternatif. Sudah pasti, saya punya tempat kabur dan menyendiri tanpa diketahui teman-teman ortu saya.
Ketika sudah gede dan punya mobil sendiri, saya pun masih senang lewat jalan-jalan blusukan. Kalau disuruh milih, saya lebih suka lewat jalur tengah lintas Jawa yang bergunung-gunung ketimbang Tol Pantura. Tapi ya... kehendak penumpang yang saya bawa di mobil sering kali bikin saya harus mengalah.
Kalau naik taksi, lalu saya tau jalan utama yang akan saya tempuh itu macet, biasanya saya akan minta supirnya untuk memutar lewat jalan lain. Memang, argo akan bertambah, tapi kita akan sampai pebih cepat. Toh menunggu di tengah macet pun argo akan jalan terus juga. Jadi, dengan berputar, semua hepi. Waktu tempuh lebih singkat, supir taksi bisa dapet order lain di rentang waktu yang sama.
Kemauan untuk berputar pun saya bawa ke banyak hal. Termasuk dalam urusan bikin software. Waktu bikin software, sering kali programmer tahu mau hasil akhir seperti apa, tapi tidak tahu perintah langsungnya apa. Kalau saya, saya bikin sendiri.
Pernah saya disuruh leader saya bikin aplikasi yang ada tampilan tanggal spesifik dengan format yang dimaui. Saya tidak tahu perintahnya. Jadi saya coding manual satu persatu. Hasilnya oke. Leader dan teman saya geleng-geleng doang liat kerjaan saya. Mereka lalu kasih tau kalau ada perintah singkatnya. Sejak itu saya dapet julukan Hardcore Programmer. Kalau udah kerjaan yang rumit dan harus kelewat custom, saya lah yang disuruh turun tangan.
Waktu tulisan ini ditulis pun, saya habis jalan berputar. Ceritanya mau pulang tapi tiba-tiba hujan deras. Jadilah saya jalan melintasi beberapa gedung cuma mau ke halte yang biasanya cuma jalan lurus lewat jalan di samping gedung. Lebih panjang, lebih berputar, dan yang jelas tidak kehujanan. Itu pengalaman pertama saya lewat jalur dalam gedung. Hikmahnya, saya dapet pengalaman baru dan sudut pandang baru.
Jadi, kalau jalan kita buntu di depan, jangan ragu berputar untuk cari jalan lain yang lebih mudah dilalui.
