Masalahnya, banyak orang ya gitu-gitu aja. Jadi salahnya dimana? Di sisi lain, ada juga yang seolah gak ngapa-ngapain, tapi kok keliatannya kaya melintir.

Setelah merenung-renung, ini soal gimana kita memanfaatkan waktu. Di awal hidup, normalnya manusia gak punya apa-apa. Jadi dia harus "menjual dirinya" buat mendapatkan duit. Menjual diri ini maksudnya menjual jasa. Jadi karyawan, atau membantu orang lain dengan keahliannya, termasuk kategori menjual diri.

Dalam menjual diri, awalnya mungkin jadi karyawan yang waktunya dibeli total oleh perusahaan. Dia harus kerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Lama kelamaan, dia mungkin bisa jadi pekerja lepas yang waktunya fleksibel.

Sampai ditahap ini, mungkin ada yang gila kerja, karena dia dibayar per jam. Kalau dia kerja, dia dibayar. Kalau gak kerja, ya gak dibayar. Disini definisi waktu adalah uang bener-bener kejadian. Karena kalau gak kerja, ya gak dapet duit. Guru les, pengacara, dan artis masuk golongan ini.

Di tahap ini pula biasa hidup jadi gak seimbang. Terlalu gila kerja, sampai lupa istirahat. Lalu sakit, dirawat, dan... uang yang didapat habis buat perawatan. Kalau pun punya asuransi, setidaknya gak bisa menikmati uangnya. Eh... bisa ding... menikmati di rumah sakit.

Pengusaha-pengusaha sukses banyak mempekerjakan karyawan. Konsepnya, biar kerjaan dilakukan orang lain (karyawannya), lalu dia bisa melakukan hal-hal lain yang lebih asyik. Waktu dia diduplikasi oleh karyawannya. Di awal, waktu dia dibeli bosnya. Sekarang, dia beli waktu karyawan-karyawannya.

Kalau di runut, di awal dia kerja buat dapet duit dengan menukar waktunya. Sekarang, dia menukar duitnya (dengan bayar gaji karyawannya) buat dapet waktu. Gilanya, dia sendiri malah dapet tambahan duit.

Gimana, asyik? Makanya belajar biar sukses. Kalau udah jatuh, bangun lagi. Biar waktu yang ada gak kebuang.